Ukraina Diduga Dalangi Serangan Drone di 2 Pangkalan Udara Rusia, Ini Respons AS

Suaramajalengka.com//Kiev, Ukraina – Amerika Serikat (AS) mengaku pihaknya tidak mendorong pemerintah Kiev untuk meluncurkan serangan apa pun di luar wilayah Ukraina.

Pernyataan ini muncul, menyusul serangan drone di dua lokasi pangkalan udara yang berada di jauh di dalam wilayah Rusia.
Seperti halnya dalam menyikapi serangan yang pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, pihak Kiev menyambut baik kedua insiden tersebut — tapi enggan mengaku bertanggung jawab.
Sehubungan dengan hal itu pula, AS selaku pihak yang paling gencar mengirimkan bantuan persenjataan ke Ukraina langsung meluruskan kembali posisinya dalam menyikapi konflik Rusia-Ukraina.
Kepada wartawan, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price pada Selasa (6/12) mengatakan bahwa pihaknya sama sekali tidak terlibat dalam serangan di luar wilayah Ukraina.

“Kami tidak memberikan kewenangan bagi Ukraina untuk menyerang di luar perbatasannya; kami tidak mendorong Ukraina untuk menyerang di luar perbatasannya,” tegas Price, seperti dikutip dari AFP.

“Semua yang kami lakukan — semua yang dilakukan dunia untuk mendukung Ukraina, adalah untuk mendukung kemerdekaan Ukraina,” pungkasnya. Meski begitu, Price tidak langsung mengaitkan serangan drone itu dengan Ukraina.

Sebelumnya, serangan drone telah menargetkan dua pangkalan udara militer di wilayah berbeda — pangkalan udara Dyagilevo di Kota Ryazan dan pangkalan udara Engels di Kota Saratov, pada Senin (5/12) pekan ini.
Baik Ryazan dan Saratov berada di wilayah yang cukup jauh dari titik tempur — Ryazan terletak sekitar 185 km dari ibu kota Moskow dan Saratov berada sejauh 600 km dari wilayah terdekat Ukraina.

Otoritas pangkalan udara Engels melaporkan, pihaknya berhasil mencegat drone tersebut. Namun, drone itu meledak di lapangan udara dan melukai empat tentara. Sementara serangan di pangkalan udara Dyagilevo menelan tiga korban jiwa.
Serangan ini pun menimbulkan pertanyaan terkait pertahanan udara Rusia yang disebut melemah. Tetapi, beberapa analis militer meyakini bahwa drone tersebut — yang dipercaya luas diluncurkan oleh Ukraina — merupakan tipe sederhana dan dibuat di era Uni Soviet.

Salah satu analis militer Ukraina, Serhiy Zgurets, menerangkan kedua pangkalan udara tersebut ialah satu-satunya fasilitas Rusia yang dapat memperbaiki pesawat pengebom yang menyerang Ukraina.

“Masih terlalu dini untuk mengatakan apa yang dipermasalahkan di sini, tetapi kemampuan angkatan bersenjata Ukraina untuk mencapai sasaran militer jauh di dalam wilayah Federasi Rusia memiliki arti yang sangat simbolis dan penting,” ungkap Zgurets.
Lebih lanjut, pernyataan Price juga didukung oleh penemuan bahwa drone itu bukanlah dari bantuan militer senilai miliaran dolar yang diberikan oleh Barat sejak Rusia mengerahkan pasukannya ke Ukraina pada Februari lalu.
“Kami menyediakan Ukraina dengan apa yang perlu digunakan di wilayah kedaulatannya — di tanah Ukraina — untuk menghadapi agresor Rusia,” jelas Price.
Selain itu, beberapa bulan lalu, Presiden AS Joe Biden juga telah secara terbuka mengatakan bahwa ia enggan mewujudkan permintaan Presiden Volodymyr Zelensky untuk mengirimkan rudal jarak jauh ke Ukraina.

Biden khawatir, jika itu terjadi maka besar kemungkinan terjadi eskalasi perang yang akan mengadu domba AS secara langsung dengan Rusia.

(@aher/kumparan.com)

Pos terkait