Majalengka, suaramajalengka.com
Pilkades serentak 2021 di kabupaten Majalengka baru saja selesai dilaksanakan pada sabtu (22/05/2021) kemarin. Sebanyak 127 Desa menggelar hajatan Pilkades serentak tersebut guna menentukan Kepala Desa periode 2021-2027 mendatang.
Dalam pelaksanaan Pilkades kali ini jajaran kepolisian Polres Majalengka Polda Jabar, menerjunkan personilnya langsung ke tiap Desa dan tempat pemilihan suara (TPS) guna mengamankan jalannya pelaksanaan hajatan pesta demokrasi tersebut. Bupati Majalengka Dr. H. Karna Sobahi, M.M.Pd memimpin acara apel pergeseran pasukan guna pengamanan Pilkades serentak 2021, pada jumat (21/05/2021) lalu. Saat apel itu, dalam amanatnya beliau mengucapkan terima kasih kepada kepolisian serta semua pihak sampai pada puncak pelaksaannya nanti serta berharap agar pilkades yang digelar saat pandemi Covid ini masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan pemerintah.
Kapolres Majalengka AKBP Syamsul Huda melalui kabag ops KOMPOL Firman Taupik menjelaskan, Pilkades yang dilaksanakan di 127 Desa yang tersebar di 25 Kecamatan di wilayah Kabupaten Majalengka, untuk mengamankan jalannya pelaksanaan Pilkades serentak tersebut melibatkan 579 personil Polres Majalengka, dibantu dari Kodim 0617 Majalengka 254 personil dan gabungan satpol PP, Pemadam Kebakaran serta BPBD kabupaten Majalengka sebanyak 254 personil.
Kini sebanyak 127 Kepala Desa baru telah terpilih untuk memimpin periode 2021-2027 mendatang. Setelah gelaran Pilkades serentak 2021 selesai dilaksanakan, diharapkan para Kepala Desa terpilih nanti bisa menjalankan amanah dan tugasnya dengan baik untuk lebih memajukan Desa yang akan mereka Pimpin.
Menurut Ketua Gelar Garda Nusantara (GGN) DPC. Kabupaten Majalengka Ahmad Hudri Harisman. Saat dimintai pendapatnya terkait situasi pasca pilkades serentak ini. A. Hudri mengatakan bahwasanya pesta demokrasi telah membawa paradigma yang dangkal, dalam mengubah persepsi tentang arti sebuah “Pemimpin”.
Dalam kontestasi kepemimpinan di Era Politik Demokrasi tidak jarang pemilik ” Kemenangan” seakan terjebak di lubang Euforia kemenangan. Sedangkan yang kalah seakan lupa dengan potensi yang dimilikinya. Pesta Demokrasi telah melahirkan sebuah “Fanatisme” berlebih sehingga berujung pada “Integritasnya” masing-masing.
Semestinya pemenang segera menyadarkan dirinya agar tidak terlalu hanyut dalam Euforia kemenangan, sedangkan bagi yang kalah segeralah bermuhasabah dengan kembali membangun spirit dan yakin dengan performa yang dimilikinya.
Sejatinya adalah amanah yang harus emban sang pemimpin, seperti hal nya Umar Bin Abdul Aziz sahabat Nabi Muhamad SAW yang menangis manakala mendapatkan amanah sebagai seorang pemimpin.
Kini setelah gelaran pilkades serentak selesai dilaksanan, sudah saatnya suasana masyarakat Desa kembali dihangatkan melalui rangkulan-rangkulan hangat antar Sanak Sodara, Teman, Sahabat dan Handai Taulan yang sempat tercerai berai karena berbeda pendapat. Semoga para pemimpin segera peka akan arti sebuah “Rekonsiliasi”. (Dicky)
Penulis : Dicky Editor : Erik