Heboh Pasien Meninggal Pasca Operasi dan Ada Potongan Sarung Tangan, Ini Penjelasan RS Budi Kasih

Majalengka. Hari Kamis tanggal 21 Oktober 2021, warga masyarakat Kadipaten kabupaten Majalengka dibuat bertanya-tanya dengan meninggalnya seorang warga berinisial IW setelah mendapatkan tindakan operasi Abses dipunggungnya, yang dilakukan di Rumah Sakit Khusus Bedah Budi Kasih yang beralamat di Jl. Raya Kadipaten Km. 7 No 84 Panyingkiran – Majalengka 45459

Hal yang membuat warga bertanya tanya tersebut adalah adanya potongan sarung tangan didalam bekas luka operasi almarhumah IW , selain itu warga juga bertanya-tanya tentang prosedur penanganan pra dan paska operasi pasien yang ternyata mempunyai riwayat penyakit gula

Menurut narasumber, kronologi berawal dari almarhumah IW mempunyai keluhan penyakit Abses di punggung, ukuran bengkaknya yang lumayan besar dan sakit yang luar biasa. Kemudian pihak keluarga membawa ke Rumah Sakit Khusus Bedah Budi Kasih

Pada tanggal 19 Oktober 2021, almarhumah IW mendapatkan tindakan operasi yang dilakukan oleh Dr. Imam Eriyadi, Sp.B selaku Dokter spesialis bedah. Esoknya kondisi almarhumah menurun, kemudian pihak RSUD Budi Kasih merujuknya ke RSUD Majalengka. Namun sayang nyawa IW tidak tertolong dan meninggal dunia pada hari Kamis tanggal 21 Oktober 2021 pukul 10.45 WIB

“Awalnya IW mempunyai keluhan penyakit seperti bisulan di punggung, namun menurut dokter katanya ini bukan bisulan entah apa namanya karena ukurannya lebih besar dan sakit yang luar biasa. Lalu kemudian pihak keluarga membawa ke rumah sakit bedah Budi Kasih yang ada di daerah Panyingkiran dan kemudian dilakukan operasi pada tanggal 19 Oktober 2021 hari selasa. Namun setelah dioperasi ternyata kondisi IW malah semakin menurun mungkin karena gula darah kumat ataukah apa yang jelas kondisi IW semakin parah, lalu kemudian pihak RS Budi Kasih memutuskan untuk dirujuk ke RSUD Majalengka pada hari Rabu 20 Oktober 2021 pukul 10.00 dan dinyatakan meninggal oleh pihak rumah sakit besoknya hari Kamis pukul 10.45 WIB” ungkap narasumber.

Tim media matamaja.com melakukan wawancara langsung dengan Dr. Imam Eriyadi, Sp.B untuk meminta keterangan tentang kejadian tersebut. Dalam penjelasannya Dr. Imam mengatakan bahwa pasien IW menderita Abses yaitu infeksi jaringan lunak yang posisinya berada di punggung sebelah atas ukuran dalam sampai otot dan lebar rongga lubang mencapai 5 centimeter yang di dalamnya ada cairan kotoran seperti darah tercampur nanah

“Karet yang ada di lubang bekas operasi tersebut adalah alat yang berfungsi untuk Drain (Drainase) memang betul dibuat dari sarung tangan karet yang dimodifikasi ujungnya bolong seperti selang tapi tidak bisa digantikan oleh selang karena bahannya harus lentur seperti karet dan ini sesuai dengan standar (SOP) Nasional bahkan Internasional.
Drain (Drainase) dipasang dengan cara ujungnya sengaja ditonjolkan sedikit keluar kemudian lukanya dijahit sebagian, gunanya untuk mengeluarkan sisa kotoran seperti darah kotor ataupun nanah juga alat kontrol lubang luka supaya tidak cepat menutup sebelum kotorannya keluar semua. Setelah berjalan beberapa waktu dan kondisi lukanya makin membaik dan bersih tidak ada kotoran, baru kemudian drain tersebut akan kami keluarkan” terang Dr. Imam

“Pasien dioperasi pada tanggal 19 Oktober 2021 hari selasa sekitar pukul 13.00 lebih sesuai jadwal praktek operasi. Setelah dilakukan operasi esoknya kami cek ternyata kadar gula darah yang tinggi sekitar 400 dan sepsis/infeksi karena trombosit yang tinggi hingga pasien kondisi semakin lemah dan akhirnya sesuai SOP karena alat di sini belum memadai kami merujuk ke RSUD Majalengka pada hari rabu 20 Oktober 2021 dan setelah berada di RSUD Majalengka otomatis penanganan sudah diserahkan kepihak sana, maka untuk meminta informasi terkait penanganannya silahkan datang saja kesana” jelas Dr. Imam dengan diiyakan oleh Engkos selaku kepala ruangan operasi

Tim matamaja menanyakan mengenai keterbatasan peralatan yang membuat pasien tersebut dirujuk ke RSUD Majalengka dikarenakan naiknya gula darah pasien. Yang sebelumnya dikatakan oleh Dr. Imam bahwa yang mempunyai wewenang menangani naiknya gula darah adalah dokter spesialis dalam

Dalam kacamata awam idealnya tindakan operasi yang beresiko seperti itu dilakukan di tempat operasi yang mempunyai fasilitas ICU lengkap dan dokter penyakit dalam yang siaga. Sehingga ketika terjadi penurunan kondisi pasien akan lebih cepat ditangani karena jarak antar ruangan dan antar dokter yang mempunyai kewenangan penanganan saling berdekatan

“sebetulnya mau ditangani disana atau disini bisa saja kejadiannya sama saja, artinya kemana saja pasien ingin berobat harus kita layani. Dengan resiko seperti yang telah disampaikan kepada keluarga, bila ada apa-apa kondisi memburuk maka akan kita rujuk” ungkapnya

Ketika ditanya mengenai fasilitas ICU yang tidak terdapat di Rumah Sakit Budi Kasih, dokter Imam menjelaskan bahwa di RS Budi Kasih juga terdapat fasilitas HCU. Bedanya dari dengan ICU adalah dari grade atau perlengkapannya

“kemarin dirujuk karena kadar gula darah yang naik dan itu perlu penanganan dari dokter spesialis penyakit dalam. Di RS Budi Kasih ada dokter spesialis penyakit dalam sebagai konsultan, alat-alatnya ada disana (RSUD Majalengka)” katanya

Tim matamaja menanyakan tentang penyebab naiknya kadar gula darah pasien paska dilakukannya operasi tersebut, Dr. Imam mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan oleh infeksi

Dari data hasil tes labolatorium di RSUD Majalengka, kadar leukosit IW menunjukan angka yang masih tinggi. Hal ini menandakan tingkat infeksi yang tinggi pula. Jika abses adalah sebuah infeksi, seharusnya paska operasi infeksi yang terjadi kepada pasien menurun drastis karena sudah banyak kotoran atau cairan nanah yang dikeluarkan

“ini suatu komplikasi yang sangat rumit mengenai yang namanya gula darah ditambah dengan sepsis (infeksi), itu bisa terjadi kegagalan organ. Hitungannya bukan hanya berhari-hari tetapi cepat, bisa dalam hitungan jam bahkan atau menit. Pasien juga meninggal bukan karena ada penanganan disana (RSUD Majalengka), kita justru rujuk kesana karena gula darah yang tinggi dan ada sepsis supaya ditangani lebih baik” ujarnya

“Tindakan bedah adalah untuk membuang nanah, gabungan infeksi dan gula itu itu adalah sesuatu yang sangat apa ya. Intinya kita harus keluarkan nanah secepatnya supaya infeksinya cepat turun, hitungannya bisa jam, menit atau hari. kita ngga tau sudah sejauh mana infeksi dalam darah ini, intinya kita lakukan drainase supaya keluar nanahnya dengan harapan gula turun dan infeksinya juga turun” tambahnya

Dengan kadar leukosit yang masih tinggi (angka 96 ribuan) ketika di RSUD Majalengka, analogi awam bisa dikatakan angka sebelum operasi berada lebih tinggi dari angka tersebut

“kita harus cek dulu yah (data). Analoginya memang seperti itu tapi kadangkadang ada infeksi yang memang setelah dibedah dia akan naik dulu. Penyebabnya karena infeksi itu bisa saja dia pemicunya karena ada infeksi lebih dalam. Bisa saja karena bedah infeksinya naik, kadang-kadang naik sebentar kemudian turun atau bisa saja saat diperiksa sedang naik sebetulnya satu jam sebelumnya sudah turun” terangnya (red)

Pos terkait